Jumat, 16 Juli 2010

Batik di Seluruh Indonesia

Bagi teman2 yang ingin mengetahui tentang batik silahkan membaca ringkasan berikut :
-->

Batik Motif Parang

Motif parang merupakan salah salah satu motif batik yang sangat populer karena disainnya yang sederhana dan sarat muatan filosofis. Berikut beberapa hal yang harus diketahui untuk melengkapi tulisan mengenai motif parang pada batik
Kenapa motif parang tidak boleh dikenakan pada pernikahan?
Menghadiri undangan pernikahan dengan mengenakan pakaian bermotif parang sebenarnya boleh-boleh saja, yang tidak dianjurkan bermotif parang adalah busana yang dipakai oleh pasangan pengantin. Tentu saja hal ini berkaitan dari filosofi motif parang itu sendiri.
Motif parang merupakan simbol dari perjuangan dan juga kecerdasan. Dengan adanya dua karakter ini dikhawatirkan rumah tangga yang akan dibangun nantinya justru penuh adu pendapat, yang justru bisa memicu cek-cok berkepanjangan dan merusak keharmonisan berumahtangga. Jadi, pasangan pengantin lebih dianjurkan untuk memakai motif sido mukti, sido asih, dan sido luhur untuk hari besar mereka.
Siapa yang boleh mengenakan motif parang?
Sekarang ini sering kita menjumpai orang-orang mengenakan motif parang, padahal dulu motif parang hanya digunakan oleh kalangan keraton dan raja saja. Ini tidak terlepas dari sejarah penciptaan motif parang itu sendiri. Konon, jika kita mengunjungi keraton Jogja dengan pakaian bermotif parang, maka kita akan disuruh berganti pakaian sebagai bentuk menghormati budaya setempat karena motif parang tersebut dianggap menyamai pakaian raja.
Motif parang dengan mereka yang menuntut ilmu…
Telah disebutkan bahwa motif parang bermakna kecerdasan, karena itulah sangat baik jika batik bermotif parang dikenakan oleh orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Filosofi motif parang bisa bermakna ketajaman pemikiran dan pengetahuan.
Apa itu motif parang?
Salah satu motif batik yang terkenal adalah parang. Motif ini mempunyai ciri khas garis-garis lengkung, yang dapat diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam (raja). Komposisi miring pada parang juga melambangkan kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat, sehingga pemakainya diharapkan dapat sigap dan sekatan.
Pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, motif parang menjadi pedoman utama untuk menentukan derajat kebangsawanan seseorang dan menjadi ketentuan yang termuat dalam Pranatan Dalem Jenenge Panganggo Keprabon Ing Karaton Nagari Ngajogjakarta tahun 1927.
Dalam perkembangannya, motif parang memunculkan banyak variasi, seperti Parang Rusak Barong, Parang Kusuma, Parang Pamo, Parang Klithik, dan Lereng Sobrah.
Karena penciptanya pendiri Kerajaan Mataram, maka oleh kerajaan, motif-motif parang tersebut hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya, dan tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa. Jenis batik itu kemudian dimasukkan sebagai kelompok batik larangan (batik yang tidak boleh dipakai oleh rakyat jelata).
Parang Rusak
Motif ini merupakan motif batik sakral yang hanya digunakan di lingkungan kraton. Pada jaman dahulu, Parang Rusak biasanya digunakan prajurit setelah perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan.
http://apriliaisme.files.wordpress.com/2009/12/parang-rusak.jpg?w=221&h=153
Motif ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Konon, sang raja sering bertapa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan seribu yang terlihat seperti pereng (tebing) berbaris. Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat bertapa tersebut, ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena terkikis deburan ombak laut selatan, sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik yang kemudian diberi nama Parang Rusak
Parang Barong
Motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi.
Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.
http://apriliaisme.files.wordpress.com/2009/12/parang-barong.jpeg?w=221&h=153
Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri
Parang Klitik
Motif batik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Dulu motif batik ini hanya dikenakan oleh para putri raja.
http://apriliaisme.files.wordpress.com/2009/12/parangklitik_bpkl_813.jpg?w=221&h=153
Parang Slobog
Motif batik yang menyimbolkan keteguhan, ketelitian, dan kesabaran.
Motif ini dulu dipakai pada upacara pelantikan para pejabat pemerintahan, karena melambangkan harapan agar para pejabat selalu diberi petunjuk dan kelancaran dalam menjalankan semua tugas-tugas yang menjadi tangung jawabnya.
http://apriliaisme.files.wordpress.com/2009/12/slobog.jpg?w=221&h=153
Selain untuk pelantikan pejabat, Slobokan atau parang Slobog hanya boleh dikenakan dalam acara pemakaman saja. Hal ini merupakan simbolisasi harapan agar arwah yang meninggal mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan menghadap Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan keluarga yang ditingalkan juga diberi kesabaran dalam menerima cobaan kehilangan salah satu keluarganya.
Batik Motif Truntum
Motif batik yang satu ini amat terkenal di Kota Solo karena diciptakan oleh seorang Permaisuri Raja. Menurut kisahnya, permaisuri Sri Susuhunan (Sunan Paku Buwono II kalau tidak salah) mulai tidak diperhatikan oleh Sri Susuhunan, karena Baginda sangat sibuk dan lebih memperhatikan selir yang muda.
Kanjeng Ratu Permaisuri lalu manekung, berkhalwat mohon petunjuk dan mengadu pada Sang Pemberi Hidup. Akhirnya Kanjeng Ratu dengan segenap daya cipta, harapan dan permohonannya mulai membatik dan membuat sebuah motif yang baru.
Pada suatu hari Sri Susuhunan berjalan-jalan di keputren, dan secara tidak sengaja memergoki kegiatan Ratu Permaisuri yang sedang membatik dan akibatnya….
Tidak tertahankan lagi, hari demi hari Sri Susuhunan semakin tertarik pada motif baru yang diciptakan Ratu Permaisuri, sekaligus menyebabkan ia terpesona kembali kepada kecantikan Sang Ratu.
Batik Kanglabret
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Batik Sidomukti
Kain Batik Sidomukti. Di dalam kain batik sidomukti ini juga terdiri dari beberapa motif, diantaranya yang terpenting dan yang utama adalah motif ukel (bentuknya seperti huruf koma), semakin kecil ukelnya maka semakin tinggi mutu seninya. Selain itu, kain ini dihias dengan kotak-kotak yang bergambar kupu-kupu dan semacam kereta pengantin yang ditandu dengan bahu. Makna yang terkandung dari kain batik sidomukti adalah agar kedua pasangan pengantin tersebut bisa mukti, yaitu kebahagiaan yang sempurna yakni kebahagiaan lahir batin.

Tidak ada komentar: